Lūth hidup sekitar tahun 1950-1870 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Luth merupakan nabi yang diutus untuk negeri Sadum dan Gomorrah dan ditugaskan berdakwah kepada Kaum yang hidup di negeri Sadum, Syam, Palestina.
Nabi Luth adalah anak keponakan dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Haran (Abara'an) bin Tareh adalah saudara kandung dari Ibrahim, ayahnya kembar dengan pamannya yang bernama Nahor. Silsilah lengkapnya adalah Luth bin Haran bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Luth beriman kepada pamannya, yaitu Nabi Ibrahim, dan mendampinginya dalam perjalanan. Ketika mereka berada di Mesir mereka mempunyai usaha bersama dalam bidang peternakan yang sangat berhasil. Binatang ternaknya berkembang biak dengan pesat sehingga dalam waktu yang singkat jumlah binatang yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat tersebut.
Akhirnya usaha bersama Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka dibagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Luth pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum (Sodom).
Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah moralnya dan rusak akhlaknya. Masyarakat Sadum tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Maksiat dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta merupakan kejadian sehari-hari di mana yang kuat menjadi penguasa sedangkan yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang.
Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseksual atau liwath di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga hal tersebut merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Musafir yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkan hartanya maka nyawanya tidak akan selamat.
Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara kalangan laki-laki dari mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia akan menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan, menghindari bujukan iblis dan setan. Ia memberi peringatan kepada mereka bahwa Allah-lah yang telah menciptakan mereka dan alam sekitar mereka.
Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan keji mereka yaitu melakukan perbuatan homoseksual dan lesbian. Luth menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam penciptaan manusia yang diciptakan menjadi dua jenis yaitu lelaki dan wanita.
Juga kepada mereka di beri nasihat supaya menghormati hak milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada musafir yang datang ke Sadum.
Diajaknya kaumnya untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak telah mendarah daging di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa nafsu serta bujukan setan sudah begitu kuat dan menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tempat di dalam hati dan pikiran mereka dan berlalu begitu saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Telinga-telinga mereka sudah menjadi tuli terhadap ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran setan dan iblis.
Kaum Luth merasa kesal mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putusnya itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusiran dirinya dari Sadum bersama keluarga dan pengikutnya.
Dari Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi kalau masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan pikiran itu hanya sia-sia belaka.
Satu-satunya cara, menurut pikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak yang sudah parah itu agar tidak menular kepada negeri tetangganya, ialah dengan melenyapkan mereka dari atas bumi sebagai balasan terhadap kecongkakan mereka, juga agar menjadi pelajaran umat-umat sesudahnya. Dia memohon kepada Allah agar masyarakat Sadum diberi pelajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat yang menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertemu Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahukan kepada mereka bahwa mereka adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth, penduduk kota Sadum.
Dalam pertemuan tersebut Nabi Ibrahim memohon agar penurunan azab kepada kaum Sodom ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar, kemudian mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertobat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar.
Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan kepada kaum Sodom, permintaan itu oleh para malaikat tersebut diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.
Para malaikat tersebut sampai di Sodom dengan menyamar sebagai lelaki muda yang berparas tampan dan badan yang berotot, serta tegap tubuhnya. Dalam perjalanan, ketika mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan seorang gadis yang cantik yang sedang mengambil air dari sebuah perigi.
Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima di rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki muda itu lalu pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya (Luth).
Mendengar kabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu yang berparas tampan akan mengundang risiko yaitu gangguan kepadanya dan kepada tamu dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan seks sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah elok.
Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Nabi Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tamu di rumahnya. Luth hanya pasrah kepada Allah dan berlindung sekiranya terdapat segala rintangan yang datang. Lalu pergilah Luth menjemput tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sodom sudah dalam keadaan malam hari dan penduduknya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, isteri Nabi Luth membocorkan berita kedatangan tamu Luth kepada mereka. Berita kedatangan tamu Luth tersebar kerana isteri Nabi Luth.
Datanglah beramai-ramai lelak-lelaki Sodom, yang buta seks ini, ke rumah Nabi Luth, berkeinginan untuk memuaskan nafsu seksual mereka, setelah lama tidak mendapat anak muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk melepaskan anak-anak muda itu, agar diberikan kepada mereka untuk memuaskan nafsu.
Dengar teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan mengganggu tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan. Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan mereka yang keji itu.
Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kodrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan keturunan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan siksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan membuka pintu rumahnya dengan paksa jika pintu tidak dibuka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:
"Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu jika menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani oleh mereka yang dapat aku mintai pertolongannya. Aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghindarkan gangguan terhadap tamu di rumahku sendiri."
Mendengar keluh kesah Nabi Luth, lantas pemuda-pemuda itu memberitahu hal yang sebenarnya, bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya karena segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Malaikat-malaikat itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat memberi kesempatan bagi orang-orang yang haus seks dengan lelaki itu masuk. Mereka pun menyerbu masuk.
Namun malangnya ketika pintu dibuka dan para penyerbu menginjakkan kaki mereka untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu pun. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan mata mereka. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata mereka sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbenturan satu dengan yang lain berteriak-teriak, bertanya-tanya apa gerangan yang menjadikan mereka buta mendadak. Para malaikat tersebut berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan tersebut bersama keluarga dan pengikutnya, karena telah tiba waktunya azab Allah ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar dalam perjalanan ke luar kota jangan ada seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya selepas tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.
Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan kaumnya. Ia berada di belakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-hentinya menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri.
Dan begitu Nabi Luth beserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafik itu.
Getaran tersebut kemudian diikuti gempa bumi yang dahsyat disertai angin yang kencang dan hujan batu yang menghancurkan kota Sadum berserta semua penghuninya. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah di kota Sodom, dan hancurlah kota tersebut.
Namun, masih ditinggalkan sisa-sisa kehancuran kota tersebut oleh Allah, sebagai peringatan kaum yang kemudian yang melalui bekas kota Sadum tersebut. Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pelajaran bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas." Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir." Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu." (Luth berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan." Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu."
Surat Asy-Syuaraa (26:160-173)
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Luth
https://www.merdeka.com/gaya/kisah-nabi-luth-as-dan-laknat-allah-swt-pada-kaum-sodom.html
http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/kisah-iblis-menjerumuskan-kaum-nabi-luth/
Thursday, October 26, 2017
Tuesday, October 24, 2017
Cat Stevens Menjadi Yusuf Islam
Alunan Hijrah Cat Stevens Menjadi Yusuf Islam
Selasa 24 Oct 2017
1976 menjadi tahun yang tidak pernah bisa dilupakan musisi dan penulis lagu legendaris Cat Stevens. Pada suatu hari di tahun itu, pria kelahiran Inggris ini, nyaris kehilangan nyawanya.
Stevens saat itu sedang menikmati hari biasa berenang di laut dekat pantai Malibu, California. Merasa cukup, ia berniat kembali ke tepian. Namun, di tengah perjalanan, gelombang pasang mengadang. Ia mencoba sekuat tenaga, bergumul dengan arus, berusaha menerobosnya. Upayanya sia-sia.
Seketika, lemas pun mulai menjalar ke seluruh tubuh. Tak lagi berdaya, kehidupannya seperti tinggal menunggu berakhir tenggelam di dasar lautan. "Saya tidak memiliki tenaga tersisa," kata dia kepada majalah musik Rolling Stone, 2015 silam. "Hanya ada satu tempat meminta pertolongan, dan itu adalah Tuhan."
Stevens memang tidak pernah meragukan keberadaan Tuhan. Namun ia mengaku selalu jauh dari-Nya. "Saya tidak pernah meminta pertolongan padaNya karena semuanya selalu berjalan baik-baik saja sepanjang hidupku," ujar Stevens mengisahkan.
Namun kali ini ia ada di ambang hidup dan mati. Tak ada yang bisa dilakukan selain berpasrah dan berharap pertolongan terakhir. Stevens pun bernazar. Jika Tuhan menyelamatkannya, ia akan setia mematuhi segala perintahNya. Syahdan, keajaiban datang. Ombak yang hampir mengaramkan jiwanya, justru berbalik menyeretnya ke tepi pantai dan menyelamatkan hidupnya.
Setelah hari itu semuanya tak lagi sama. Apalagi, secara kebetulan, ia kemudian dipertemukan dengan Alquran. Kakaknya, David, tiba-tiba memberinya salinan mushaf untuk dipelajarinya. "Saya merasa seperti menemukan sesuatu rahasia besar dan luar biasa."
Pengembaraan spiritual
Stevens terlahir dengan nama Stephen Demetre Georgiou, 21 Juli 1948, di London sebagai non-Muslim (Nasrani). Orang tuanya, keturunan Yunani dan Swedia, berpisah saat ia berumur delapan tahun.
Georgiou muda tumbuh besar di lingkungan yang kental dengan budaya musik. Arah hidup mulai ditentukannya setelah mendengarkan rekaman milik Bob Dylan untuk pertama kalinya. Bakat bermusiknya berkembang.
Pada usia 18 tahun, Georgiou mulai mengisi panggung di salah satu warung kopi ternama di London. Di situ ia mulai menggunakan nama panggung Cat Stevens. Kariernya meroket pada 1970 ketika lagunya "Father and Son" dan "Wild World" menjadi hit di radio-radio. Stevens menjadi idola.
"Ketika aku berusia 18 tahun, aku telah menyelesaikan rekaman dalam delapan kaset. Setelah itu banyak sekali tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu, pamorku pun mencapai puncak," imbuhnya.
Pada saat itu, ia merasa bahwa dirinya lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usianya lebih panjang daripada kehidupan dunia. Meski begitu kehidupannya tidak seperti selebritas lain, yang hidup hura-hura dan bergelimang narkoba. Salah satu penyebabnya karena ia memiliki penyakit tuberkulosis yang pernah membuatnya nyaris meninggal pada 1968.
Dalam perjalanan hidupnya, Stevens kerap mengalami kegamangan akan identitas dan tujuan hidup. Melihat lingkungan yang ia geluti, Tuhan adalah uang dan ketenaran. Namun uang ternyata tidak membuatnya bahagia. Secara mandiri ia mulai melakukan pencarian kebenaran dan tujuan hidup yang selama ia rasa hampa dalam hatinya.
Pengembaraan dan pencarian akan kebenaran ia jalani. Ia merasa keyakinan yang selama ini ia pegang ia anggap belum mampu membasuh dahaga spiritualnya. Beberapa ajaran Timur ia pelajari dan coba mendalaminya. Demi dahaganya ini juga yang membawanya pada ajaran Timur.
"Aku mulai mengetuk pintu Budha dan falsafah Cina. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok, sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru," lanjutnya.
Suatu ketika, saat berlibur di Marrakesh, Maroko, Stevens sempat tergugah oleh alunan azan. Seseorang menjelaskan kepada Stevens bahwa itu adalah "musik untuk Tuhan". Stevens penasaran, "Musik untuk Tuhan? Saya belum pernah mendengarnya sebelumnya - saya pernah mendengar musik untuk uang, musik untuk ketenaran, musik untuk kepentingan pribadi, tapi musik untuk Tuhan!"
Pengalaman itu memang belum langsung mengubahnya. Namun seperti menjadi panggilan baginya untuk memahami petunjuk. Semua menjadi terang saat saudara laki-laki Stevens, David Gordon, seorang mualaf, membawakannya salinan Alquran sebagai hadiah ulang tahun dari sebuah perjalanan ke Yerusalem. Kitab suci itu datang padanya tak lama setelah insiden yang hampir merenggut nyawanya di laut Malibu. Stevens dengan cepat membaca dan mencoba mendalami isi mushaf tersebut.
Stevens kemudian secara resmi masuk agama Islam pada 23 Desember 1977. Namanya berubah menjadi Yusuf Islam pada tahun 1978. Yusuf adalah lafal Arab atas nama Joseph, dia menyatakan bahwa dia "selalu mencintai nama Yusuf" dan sangat tertarik dengan kisah Nabi Yusuf di dalam Alquran.
"Saya telah menemukan rumah spiritual yang telah saya cari hampir sepanjang hidup saya. Dan jika Anda mendengarkan musik dan lirik saya, seperti 'Peace Train' dan 'On The Road To Find Out', itu jelas menunjukkan kerinduan saya untuk arahan dan jalan spiritual yang saya tempuh," ungkap Stevens dalam wawancaranya dengan majalah musik Rolling Stone.
Yusuf kemudian menikahi Fauzia Mubarak Ali pada tanggal 7 September 1979, di Masjid Regent's Park, London. Mereka memiliki satu anak laki-laki dan empat anak perempuan dan tujuh cucu. Anak keduanya meninggal saat masih bayi. Mereka tinggal di London dan menghabiskan sebagian waktunya di Dubai.
Meninggalkan kehidupan gemerlap dunia musik, Yusuf fokus membesarkan keluarganya. Ia juga mendirikan sejumlah sekolah Muslim di seluruh Inggris dan organisasi amal Small Kindness, yang fokusnya membantu para korban terdampak perang.
Bertahun-tahun banyak yang mendorongnya untuk bermusik lagi. Ia tetap bergeming. Namun perang di Afghanistan dan konflik di Irak meresahkannya. Ia merasa dunia perlu melihat setidaknya satu sosok Muslim yang benar-benar anti-kekerasan di televisi. "Terlalu banyak antagonisme (terhadap muslim) di dunia," kata Yusuf. "Terlalu banyak muslim baik yang terlupakan karena aksi ekstremisme yang ditampilkan di seluruh dunia."
Ketika kelompok ISIS menjadi ancaman bagi Amerika dan negara lain di dunia, Yusuf pun mencoba memantapkan diri untuk muncul kembali. "Mereka (ISIS) tidak ada hubungnya dengan Islam. Muslim telah menjadi subjek banyak penguasa tiran dan regim yang opresif," kata dia.
Setelah 30 tahun meninggalkan panggung besar dunia musik, pada 2006 Yusuf kembali tampil. Ia sempat menggelar konser dengan tajuk 'Guess I'll TakeMy Time' dengan membawakan lagu lagu lama dan barunya. Ia menyambangi Inggris pada tahun 2009, Australia pada tahun 2010, dan seluruh Eropa di tahun 2011.
Pada suatu wawancara dengan The Guardian (2009), Yusuf tidak menampik pertentangan batinnya kembali ke musik. Namun ia berharap, ini bisa memberikan kontribusi bagi umat yang membutuhkan. "Menjadi bagian dari masyarakat multikultur artinya Anda harus berkontribusi dengan cara yang Anda bisa," kata dia. "Jadi saya mulai berpikir, saya bisa bernyanyi. Itu yang saya kuasai. Saya bisa membuat kontribusi."
Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/17/10/27/oyad53284-alunan-hijrah-cat-stevens-menjadi-yusuf-islam
Selasa 24 Oct 2017
1976 menjadi tahun yang tidak pernah bisa dilupakan musisi dan penulis lagu legendaris Cat Stevens. Pada suatu hari di tahun itu, pria kelahiran Inggris ini, nyaris kehilangan nyawanya.
Stevens saat itu sedang menikmati hari biasa berenang di laut dekat pantai Malibu, California. Merasa cukup, ia berniat kembali ke tepian. Namun, di tengah perjalanan, gelombang pasang mengadang. Ia mencoba sekuat tenaga, bergumul dengan arus, berusaha menerobosnya. Upayanya sia-sia.
Seketika, lemas pun mulai menjalar ke seluruh tubuh. Tak lagi berdaya, kehidupannya seperti tinggal menunggu berakhir tenggelam di dasar lautan. "Saya tidak memiliki tenaga tersisa," kata dia kepada majalah musik Rolling Stone, 2015 silam. "Hanya ada satu tempat meminta pertolongan, dan itu adalah Tuhan."
Stevens memang tidak pernah meragukan keberadaan Tuhan. Namun ia mengaku selalu jauh dari-Nya. "Saya tidak pernah meminta pertolongan padaNya karena semuanya selalu berjalan baik-baik saja sepanjang hidupku," ujar Stevens mengisahkan.
Namun kali ini ia ada di ambang hidup dan mati. Tak ada yang bisa dilakukan selain berpasrah dan berharap pertolongan terakhir. Stevens pun bernazar. Jika Tuhan menyelamatkannya, ia akan setia mematuhi segala perintahNya. Syahdan, keajaiban datang. Ombak yang hampir mengaramkan jiwanya, justru berbalik menyeretnya ke tepi pantai dan menyelamatkan hidupnya.
Setelah hari itu semuanya tak lagi sama. Apalagi, secara kebetulan, ia kemudian dipertemukan dengan Alquran. Kakaknya, David, tiba-tiba memberinya salinan mushaf untuk dipelajarinya. "Saya merasa seperti menemukan sesuatu rahasia besar dan luar biasa."
Pengembaraan spiritual
Stevens terlahir dengan nama Stephen Demetre Georgiou, 21 Juli 1948, di London sebagai non-Muslim (Nasrani). Orang tuanya, keturunan Yunani dan Swedia, berpisah saat ia berumur delapan tahun.
Georgiou muda tumbuh besar di lingkungan yang kental dengan budaya musik. Arah hidup mulai ditentukannya setelah mendengarkan rekaman milik Bob Dylan untuk pertama kalinya. Bakat bermusiknya berkembang.
Pada usia 18 tahun, Georgiou mulai mengisi panggung di salah satu warung kopi ternama di London. Di situ ia mulai menggunakan nama panggung Cat Stevens. Kariernya meroket pada 1970 ketika lagunya "Father and Son" dan "Wild World" menjadi hit di radio-radio. Stevens menjadi idola.
"Ketika aku berusia 18 tahun, aku telah menyelesaikan rekaman dalam delapan kaset. Setelah itu banyak sekali tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu, pamorku pun mencapai puncak," imbuhnya.
Pada saat itu, ia merasa bahwa dirinya lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usianya lebih panjang daripada kehidupan dunia. Meski begitu kehidupannya tidak seperti selebritas lain, yang hidup hura-hura dan bergelimang narkoba. Salah satu penyebabnya karena ia memiliki penyakit tuberkulosis yang pernah membuatnya nyaris meninggal pada 1968.
Dalam perjalanan hidupnya, Stevens kerap mengalami kegamangan akan identitas dan tujuan hidup. Melihat lingkungan yang ia geluti, Tuhan adalah uang dan ketenaran. Namun uang ternyata tidak membuatnya bahagia. Secara mandiri ia mulai melakukan pencarian kebenaran dan tujuan hidup yang selama ia rasa hampa dalam hatinya.
Pengembaraan dan pencarian akan kebenaran ia jalani. Ia merasa keyakinan yang selama ini ia pegang ia anggap belum mampu membasuh dahaga spiritualnya. Beberapa ajaran Timur ia pelajari dan coba mendalaminya. Demi dahaganya ini juga yang membawanya pada ajaran Timur.
"Aku mulai mengetuk pintu Budha dan falsafah Cina. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok, sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru," lanjutnya.
Suatu ketika, saat berlibur di Marrakesh, Maroko, Stevens sempat tergugah oleh alunan azan. Seseorang menjelaskan kepada Stevens bahwa itu adalah "musik untuk Tuhan". Stevens penasaran, "Musik untuk Tuhan? Saya belum pernah mendengarnya sebelumnya - saya pernah mendengar musik untuk uang, musik untuk ketenaran, musik untuk kepentingan pribadi, tapi musik untuk Tuhan!"
Pengalaman itu memang belum langsung mengubahnya. Namun seperti menjadi panggilan baginya untuk memahami petunjuk. Semua menjadi terang saat saudara laki-laki Stevens, David Gordon, seorang mualaf, membawakannya salinan Alquran sebagai hadiah ulang tahun dari sebuah perjalanan ke Yerusalem. Kitab suci itu datang padanya tak lama setelah insiden yang hampir merenggut nyawanya di laut Malibu. Stevens dengan cepat membaca dan mencoba mendalami isi mushaf tersebut.
Stevens kemudian secara resmi masuk agama Islam pada 23 Desember 1977. Namanya berubah menjadi Yusuf Islam pada tahun 1978. Yusuf adalah lafal Arab atas nama Joseph, dia menyatakan bahwa dia "selalu mencintai nama Yusuf" dan sangat tertarik dengan kisah Nabi Yusuf di dalam Alquran.
"Saya telah menemukan rumah spiritual yang telah saya cari hampir sepanjang hidup saya. Dan jika Anda mendengarkan musik dan lirik saya, seperti 'Peace Train' dan 'On The Road To Find Out', itu jelas menunjukkan kerinduan saya untuk arahan dan jalan spiritual yang saya tempuh," ungkap Stevens dalam wawancaranya dengan majalah musik Rolling Stone.
Yusuf kemudian menikahi Fauzia Mubarak Ali pada tanggal 7 September 1979, di Masjid Regent's Park, London. Mereka memiliki satu anak laki-laki dan empat anak perempuan dan tujuh cucu. Anak keduanya meninggal saat masih bayi. Mereka tinggal di London dan menghabiskan sebagian waktunya di Dubai.
Meninggalkan kehidupan gemerlap dunia musik, Yusuf fokus membesarkan keluarganya. Ia juga mendirikan sejumlah sekolah Muslim di seluruh Inggris dan organisasi amal Small Kindness, yang fokusnya membantu para korban terdampak perang.
Bertahun-tahun banyak yang mendorongnya untuk bermusik lagi. Ia tetap bergeming. Namun perang di Afghanistan dan konflik di Irak meresahkannya. Ia merasa dunia perlu melihat setidaknya satu sosok Muslim yang benar-benar anti-kekerasan di televisi. "Terlalu banyak antagonisme (terhadap muslim) di dunia," kata Yusuf. "Terlalu banyak muslim baik yang terlupakan karena aksi ekstremisme yang ditampilkan di seluruh dunia."
Ketika kelompok ISIS menjadi ancaman bagi Amerika dan negara lain di dunia, Yusuf pun mencoba memantapkan diri untuk muncul kembali. "Mereka (ISIS) tidak ada hubungnya dengan Islam. Muslim telah menjadi subjek banyak penguasa tiran dan regim yang opresif," kata dia.
Setelah 30 tahun meninggalkan panggung besar dunia musik, pada 2006 Yusuf kembali tampil. Ia sempat menggelar konser dengan tajuk 'Guess I'll TakeMy Time' dengan membawakan lagu lagu lama dan barunya. Ia menyambangi Inggris pada tahun 2009, Australia pada tahun 2010, dan seluruh Eropa di tahun 2011.
Pada suatu wawancara dengan The Guardian (2009), Yusuf tidak menampik pertentangan batinnya kembali ke musik. Namun ia berharap, ini bisa memberikan kontribusi bagi umat yang membutuhkan. "Menjadi bagian dari masyarakat multikultur artinya Anda harus berkontribusi dengan cara yang Anda bisa," kata dia. "Jadi saya mulai berpikir, saya bisa bernyanyi. Itu yang saya kuasai. Saya bisa membuat kontribusi."
Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/17/10/27/oyad53284-alunan-hijrah-cat-stevens-menjadi-yusuf-islam
Saturday, October 7, 2017
Nabi Hud
Setelah Allah menurunkan banjir maha dahsyat kepada kaum-kaum kafir zaman Nabi Nuh, orang-orang yang beriman pun diselamatkan dari bahaya maut tersebut. Usai peristiwa banjir dahsyat terebut, kaum nabi Nuh yang mukmin melahirkan anak dan cucu sebagai keturunan mereka.
Setelah lahir, anak cucu mereka kemudian hidup terpencar di seluruh pelosok yang berjauhan. Mereka berjauhan dan terbentuk menjadi suku, kaum, dan bangsa. Masing-masing golongan, suku, dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing-masing. Salah satunya adalah Kaum 'Ad yang tinggal di jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman.
Kaum Aad memiliki peradaban yang tinggi; mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Kaum Aad memiliki bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain, badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan mereka begitu mengerikan.
Read more http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
Read more http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
Nabi Hud hidup pada masa sekitar 2450-2320 SM yang diutus untuk Kaum 'Ad. Nabi Hud hidup sekitar 150 tahun dan diutus menjadi rasul pada tahun 2400 SM. Mereka dikaruniai oleh Allah (الله) tanah yang subur, dengan sumber-sumber air yang memudahkan mereka bercocok tanam.
Kaum Aad merupakan kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba. Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh (نوح), kaum Hud, yaitu suku 'Aad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup.
Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu tidak pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Kaum 'Aad tetap kafir dan tetap membangkang sehingga Allah memberikan musibah.
Tahap pertama kaum Aad dditimpa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Diharapkan dengan musibah kekeringan untuk segera sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam.
Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tahap kedua didatangkan gumpalan awan dan mega hitam yang tebal. Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat, tapi membawa kehancuran sebagai pembalasan Allah. Awan yang tebal itu diiringi angin yang dahsyat dan kencang yang merusakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua perabotan dan harta benda.
Binatang ternak kaum 'Aad diterbangkan. Angin ribut tersebut menyambar segala yang ada, termasuk gunung-gunung yang menjadi hancur dan rata. Selama tujuh malam dan delapan hari, angin tersebut tidak berhenti. Mayat-mayat kaum 'Aad berceceran, ibarat pohon-pohon yang tumbang.
Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Hud
http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kaum-nabi-hud-kena-azab-disambar-angin-ribut-selama-8-hari.html
Setelah lahir, anak cucu mereka kemudian hidup terpencar di seluruh pelosok yang berjauhan. Mereka berjauhan dan terbentuk menjadi suku, kaum, dan bangsa. Masing-masing golongan, suku, dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing-masing. Salah satunya adalah Kaum 'Ad yang tinggal di jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman.
“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al Fajr: 7-8)
“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main (bermewah-mewah) –Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar kamu kekal (di dunia)?” (QS. Asy Syu’ara: 128-129)
“Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)Di Al Ahqaaf (bukit-bukit berpasir) kaum ‘Aad tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar. Kaum Aad membangun istana-istana dan benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan bangunan-bangunan itu.
Kaum Aad memiliki peradaban yang tinggi; mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Kaum Aad memiliki bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain, badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan mereka begitu mengerikan.
Al
Ahqaaf (bukit-bukit berpasir), di sana tinggal kaum ‘Aad pertama yang
nasab mereka sampai kepada Nabi Nuh. Mereka tinggal di rumah-rumah yang
memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat
tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang
belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al Fajr: 7-8)
Mereka juga membangun istana-istana dan
benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan
bangunan-bangunan itu. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Apakah kamu
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main
(bermewah-mewah) –Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar
kamu kekal (di dunia)?” (QS. Asy Syu’ara: 128-129)
Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi;
mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar
kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang
banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau,
penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
mengaruniakan kepada mereka bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain,
badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang
suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan
mereka begitu mengerikan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala menyebutkan perkataan Nabi Hud kepada mereka,
“Dan apabila kamu
menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan
bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang
kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang
ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)
Read more http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
Al
Ahqaaf (bukit-bukit berpasir), di sana tinggal kaum ‘Aad pertama yang
nasab mereka sampai kepada Nabi Nuh. Mereka tinggal di rumah-rumah yang
memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat
tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang
belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al Fajr: 7-8)
Mereka juga membangun istana-istana dan
benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan
bangunan-bangunan itu. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Apakah kamu
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main
(bermewah-mewah) –Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar
kamu kekal (di dunia)?” (QS. Asy Syu’ara: 128-129)
Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi;
mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar
kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang
banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau,
penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
mengaruniakan kepada mereka bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain,
badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang
suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan
mereka begitu mengerikan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala menyebutkan perkataan Nabi Hud kepada mereka,
“Dan apabila kamu
menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan
bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang
kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang
ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)
Read more http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
Kaum Aad merupakan kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba. Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh (نوح), kaum Hud, yaitu suku 'Aad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup.
Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu tidak pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Kaum 'Aad tetap kafir dan tetap membangkang sehingga Allah memberikan musibah.
Tahap pertama kaum Aad dditimpa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Diharapkan dengan musibah kekeringan untuk segera sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam.
Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tahap kedua didatangkan gumpalan awan dan mega hitam yang tebal. Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat, tapi membawa kehancuran sebagai pembalasan Allah. Awan yang tebal itu diiringi angin yang dahsyat dan kencang yang merusakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua perabotan dan harta benda.
Binatang ternak kaum 'Aad diterbangkan. Angin ribut tersebut menyambar segala yang ada, termasuk gunung-gunung yang menjadi hancur dan rata. Selama tujuh malam dan delapan hari, angin tersebut tidak berhenti. Mayat-mayat kaum 'Aad berceceran, ibarat pohon-pohon yang tumbang.
Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Hud
http://kisahmuslim.com/2558-kisah-nabi-hud-alaihis-salam.html
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kaum-nabi-hud-kena-azab-disambar-angin-ribut-selama-8-hari.html
Subscribe to:
Posts (Atom)
Haramnya Sebuah Sepatu dari Kulit Babi
Memang, sesuai fungsinya, sepatu digunakan sebagai alas kaki dan tidak masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut syariat Islam, babi dengan sega...