Saturday, September 2, 2017

Nabi Ibrahim & Nabi Ismail

Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-6 yang wajib diketahui umat Islam. Silsilah Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Rauf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.

Nabi Ibrahim dilahirkan di sekitar Urfa, Harran (sekitar Turki sekarang). Nabi Ibrahim lahir pada tahun 2295 SM dan wafat pada usia 200 tahun. Beliau lahir pada tahun 1273 setelah terjadinya peristiwa banjir pada masa Nabi Nuh as.

Pada jaman semasa Nabi Ibrahim hidup Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam. Agar kekuasaan menjadi raja tidak tergantikan Raja Namrud mengeluarkan peraturan untuk membunuh setiap ada bayi laki-laki yang lahir.

Orang tua Nabi Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan sehingga Nabi Ibrahim selamat dengan hidup di dalam sebuah goa. Saat Nabi Ibrahim kembali ke tengah masyarakat dan disana semua orang menyembah patung, termasuk di ayahnya yang bekerja sebagai pembuat patung berhala.


Kemudian Nabi Ibrahim bertanya di manakah Tuhan?
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". [Surah Al-An'am Ayat 76]
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". [Surah Al-An'am Ayat 77]

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. [Surah Al-An'am Ayat 78]


Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. [Surah Al-An'am Ayat 79]
Allah kemudian memebrikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak orang menyembah pada Allah SWT. Jagat raya dan seluruh isinya menjadi bukti keesaan Allah. Nabi Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT semata.

Suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan keluar negeri, hal tersebut digunakan oleh Nabi Ibrahim untuk menghancurkan semua berhala yang ada dan hanya menyisakan satu berhala yang paling besar serta meletakkan kapak di pangkuan berhala tersebut.

Saat Raja Namrud mengetahui semua berhalanya rusak dan murka lalu dipanggilah Ibrahim oleh Raja Namrud.

Sang Raja berkata : "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?"

Ibrahim menjawab : "Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?".

Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!".

Dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: "Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?"

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak.

Raja Namrud pun memerintahkan para tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan dibakar hidup-hidup menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu.
“Kami berfirman: “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69)
TetapiAllah belum menghendaki hal tersebut, lalu api menyala dahsyat dan kemudian padam. Nabi Ibrahim kemudian berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikit pun. Sejak saat itu, pengikut Namrud berpaling dan menjadi umat Nabi Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT.

Setelah peristiwa tersebut, Nabi Ibrahim pergi berhijrah ke negeri Kan’an dan baitul Maqdis.

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.

“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.

Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT.

Saat usia Ibrahim mencapai 86 tahun, Nabi Ibrahim dikaruniai anak yang diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: "Allah mendengar doaku".

Saat perjalanan di Mekkah, Nabi Ibrahim AS menempatkan Hajar beserta Ismail di dekat Ka’bah. 
Kemudian Nabi Ibrahim AS menempatkan sebuah kantong yang berisi air dan kurma, maka beliau pun akhirnya beranjak untuk pergi.
Hal ini dilakukan karena Allah SWT menyuruhnya. Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanannya.

Akhirnya, bekal air yang dibawa pun habis sehingga Ismail merasa kehausan. Melihat Ismail yang kehausan, Hajar pun pergi menuju sebuah bukit yang paling dekat di sana, yakni bukit Shafa terletak di atasnya. Akan tetapi, tak seperti harapannya di mana tak ada seorang pun di sekelilingnya.

Hingga akhirnya Hajar turun melalui sebuah lembah dan menuju bukit Marwa. Hajar melewati lembah tersebut sebanyak 7 kali. Kemudian ia pun mendengar suara dan tiba-tiba saja melihat Jibril sedang mengais tanah, lalu Jibril pun memukulkan kakinya tepat di atasnya, sehingga keluar sebuah pancar air yang berasal di dalam tanah.

Setelah itu, Hajar pun langsung bergegas menampung dan mengambilnya. Sesudah diciduk, justru air itu malah semakin memancar dan melimpah. Malaikat Jibril berkata pada Hajar bahwa jangan pernah takut untuk terlantar.


Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun, pada malam ke-8 bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).” Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).

Malam ke-9 bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Kemudian hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui).

Pada malam ke-10 bulan Dzulhijjah, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr).

Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui ibu Hajar. Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.

Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari.

“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.
“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.

Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar.

“Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.
“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.
“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.
 “Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.
 “Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.
 “Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.

Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya,
“Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”
“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?”
jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.
“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.

Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa.

Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya,
Dan Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, "sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu).”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq . Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.
(Surat Ash-Shaffat, ayat 99-113)
Ber-qurban adalah salah satu cara kita untuk mendekatkan diri kepada allah SWT dan dalam rangka melaksanakan ibadah qurban juga merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial kita kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu sehingga bisa menghilangkan jarak kesenjangan sosial yang biasanya terjadi di masyarakat.
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
(Surat Al Kautsar Ayat 2)
Allah Swt. berfirman, bahwa sesungguhnya telah disyariatkan bagi kalian menyembelih hewan-hewan ternak itu sebagai kurban agar kalian menyebut nama-Nya saat menyembelihnya. Karena sesungguhnya Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi Rezeki, tiada sesuatu pun dari daging atau darah hewan-hewan kurban itu yang dapat mencapai rida Allah.

Sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya. Orang-orang Jahiliyah di masa silam bila melakukan kurban buat berhala-berhala mereka, maka mereka meletakkan pada berhala-berhala itu daging kurban mereka, dan memercikkan darah hewan kurban mereka kepada berhala-berhala itu. 
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj, ayat 37)

Bangunan Ka’bah atau Bayt al ‘Atiq pernah dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail atas perintah Allah SWT.
    "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)
Siti Hajar dan Nabi Ismail yang ketika itu ditinggal oleh Nabi Ibrahim ke Kanaan di tengah padang pasir, tiba-tiba banyak kedatangan musafir. Ada beberapa musafir yang memutuskan untuk tetap tinggal, namun ada juga yang beranjak pergi.

Nabi Ibrahim yang datang dan kemudian menerima wahyu untuk mendirikan Ka’bah di kota tersebut. Ka’bah itu sendiri yang berarti tempat dengan penghormatan dan kedudukan yang tertinggi. Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim yang terletak tepat di tempat Ka’bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa dengan banjir bandang pada zaman Nabi Nuh.

Nabi Adam merupakan Nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah.

Pada tahun 1500 SM yang tercatat adalah pada tahun pertama Ka'bah dan kembali didirikan. Berdua dengan putranya yang taat, Nabi Ismail, Nabi Ibrahim yang membangun Ka'bah dari bebatuan bukit Hira, Qubays, dan tempat-tempat lainnya.

Semakin tinggi dari hari ke hari mereka membangun Ka'bah, dan akhirnya selesai dengan panjang 30 - 31 hasta, lebarnya 20 hasta. Pada awalnya bangunan tanpa atap, hanyalah empat tembok persegi dengan dua pintu. Di salah satu celah sisi bangunan yang diisi dengan batu hitam besar dikenal dengan nama Hajar Aswad. Batu ini tersimpan di bukit Qubays saat pada masa Nabi Nuh ketika banjir besar melanda. Batu ini sangat istimewa, karena batu ini diberikan oleh Malaikat Jibril.

Sampai pada saat ini, jutaan umat muslim dunia dapat mencium batu ini ketika saat menjalankan ibadah haji atau umrah, sebuah sejarah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Setelah selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru umat manusia agar berziarah ke Ka’bah yang didaulat sebagai rumah Allah SWT. Maka dari sinilah, awal mulanya haji, ibadah akbar bagi umat Islam di seluruh dunia.


Sumber :
https://m.merdeka.com/gaya/kisah-nabi-ibrahim-as-kekasih-allah-yang-tahan-dibakar-api.html
www.catatanmoeslimah.com/2016/03/sejarah-nabi-ibrahim-lengkap-dari-lahir-sampai-wafat.html
https://mobile.facebook.com/notes/quranic-explorer-kamus-indeks-al-quran/kisah-kesabaran-nabi-ismail-sejarah-hari-idul-adha/437286008444/?_rdc=1&_rdr
http://adinawas.com/ayat-quran-tentang-qurban.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-hajj-ayat-37.html?m=1
http://www.ilmusiana.com/2015/06/sejarah-adanya-kabah-di-mekkah.html
http://www.faquha.com/2015/03/ismail-atau-ishak-yang-dikurbankan-nabi.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-ash-shaffat-ayat-99-113.html

Alasan Reza Rahadian Menjadi Mualaf

Reza Rahadian mengungkapkan transisi keyakinan yang ia alami dari Kristen ke Islam. Ada proses di balik keputusan Reza untuk berpindah agama...

Related Post