Thursday, July 22, 2021

Berkurban Kambing atau Domba atau Sapi?

Idul Adha, Berkurban Kambing atau Domba Pahalanya Lebih Besar Ketimbang Sapi, Begini Penjelasannya

Kamis, 31 Agustus 2017 20:43


Banyak pertanyaan mengenai hewan apa yang lebih baik untuk menjadi kurban, sapi atau kambing. Menurut Ustad Khalid Basalamah, hewan yang afdol untuk dikurbankan adalah kambing dan domba. Karena Rasulullah SAW berkurban dengan kambing dan domba.

Di Indonesia, masyarakat lebih senang berkurban dengan sapi. Karena masyarakat kita lebih suka mengonsumsi sapi.

"Padahal masalahnya bukan suka atau tidak suka, tapi perintah atau bukan perintah. Afdhal atau mufadhal, lebih baik atau yang baik, sapi kalau kita beli misalnya Rp 20 juta bisa dapat 20 hingga 30 kilo, sementara kambing hanya 15 kilo, tapi tetap kambing lebih afdol, lebih besar pahalanya. Karena Rasulullah SAW menyembelih pada saat itu domba, sejenis kambing 65 ekor untuk beliau sendiri".

"Masalah antum nanti pengen beli makan sapi, nanti beli di hari-hari biasa. Bukan tidak boleh sapi, tapi lebih afdol kambing. Untuk apa kita pangkas-pangkas pahala kita, lebih baik kambing".

Dijelaskannya, sesungguhnya Rasulullah SAW suka memakan daging kambing, terutama bahagian paha. Abu Hurairah r.a. berkata, “Suatu ketika dihidangkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semangkuk bubur dan daging. Maka beliau mengambil bahagian paha (dari daging tersebut), dan bahagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim).

"Berarti kalau muslim muslimah gemar memakan kambing karena melihat Nabi Muhammad SAW itu pahala".

Kemudian aqiqah, ketika lahir anak laki-laki memotong dua kambing, anak perempuan satu kambing. Tak bisa digantikan oleh hewan lain.

"Dan disunahkan makan sebagian dagingnya. Berarti ada anjuran makan kan. Ini gak berlaku pada hewan lain dan kita punya Idul Adha, lebih baik dengan kambing, walaupun sapi boleh, dan boleh juga unta".

Lebih afdol lagi dari kambing adahal domba. Dalam sunah Nabi Daud SAW yang dipelajarinya.

"Ada riwayat kalau orang mau nyembelihpun, lebih afdol lagi domba. Dan domba lebih banyak lagi pahalanya kalau berwarna putih dan hitam, seperti dijelaskan hadis Bukhari. Karena Nabi Muhammad SAW menyembelih dengan ciri itu".

Faktanya orang Indonesia banyak yang menghindari mengonsumsi kambing. Menurutnya bukan karena dagingnya, tetapi bumbunya.

"Kita banyak pakai santan, pakai garam. Di Saudi (Arab) orang umur 80 tahun, 90 tahun makan kambing gak papa. Di sana memang agak tawar, tapi dicampur lagi dengan jeruk, susu. Bahkan dagingnya paling sehat, susunya paling sehat, kandungan protein di dalamnya senyawa dengan protein manusia, sehingga kalau dimakan larinya ke otot, bukan ke lemak. Islam gak mungkin menyuruh itu salah."

Dilansir kompas, daging kambing ternyata bukan jadi penyebab darah tinggi. Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr Johanes Chandrawinata, SpGK, mengatakan, datangnya penyakit darah tinggi saat mengonsumsi daging kambing hanyalah mitos. Bahkan, kata dia, mengunyah satu kilogram daging kambing pun tak akan mendatangkan darah tinggi.

" Kambing cukup sehat asal dagingnya saja, bukan dibarengi dengan jeroan, babat, otak, dan usus,” kata Johanes saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/8/2017).

Johanes menuturkan, daging kambing memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan daging sapi karena kandungan lemak dan kolesterolnya yang lebih rendah.

Dalam takaran 100 gram, lemak daging kambing hanya 3,03 gram, sedangkan daging sapi 7,72 gram. Kolesterol daging kambing juga sedikit lebih rendah, yakni 75 miligram, dan kolesterol sapi 80 miligram.

Selain itu, untuk zat besi, daging kambing juga lebih banyak dengan 3,73 gram, sedangkan daging sapi hanya 2,24 miligram. Kemudian, seng (zinc) pada daging kambing sebesar 5,27 miligram dan sapi 4,61 miligram.

Akan tetapi, cara masak yang tepat juga perlu diketahui agar mendapatkan manfaat nutrisi sepenuhnya.

Bagi pencinta sate kambing, Johanes menyarankan agar tidak memanggangnya hingga gosong. Saat proses pemanggangan, protein pada daging kambing yang terkena panas tinggi bisa berubah menjadi zat karsinogen. Dengan begitu, hal ini juga mengonfirmasi bahwa arang sebagai penyebab kanker juga mitos.

“Kalau makan di-grill itu cukup seminggu sekali. Jangan tiap hari (bisa) bikin kanker,” ujar Johanes.

Sementara, jika Anda tak suka daging yang dipanggang, masak dengan kuah juga dapat menjadi pilihan. Dalam proses ini, lebih baik hindari penggunaan santan yang berlebihan. Penambahan sayur juga dapat menambahkan kandungan vitamin pada hidangan kambing. (*)


Sumber:

https://banjarmasin.tribunnews.com/2017/08/31/idul-adha-berkurban-kambing-atau-domba-pahalanya-lebih-besar-ketimbang-sapi-begini-penjelasannya?page=all.

Wednesday, July 21, 2021

Adab Memasuki Kamar Orangtua

Seseorang pernah bertanya pada Imam Syafi’i, “Seberapa besar tekadmu untuk mendapatkan adab?” 

Dia menjawab, “Aku mendengarkan setiap huruf yang aku dengar seakan aku belum pernah mendengarnya, sehingga seluruh anggota badanku berharap, seandainya ia mempunyai pendengaran untuk ikut menikmati apa yang aku dengarkan.” 

Dia ditanya lagi bagaimana engkau mencarinya?” 

Dia menjawab, “(Aku mencarinya) seperti seorang wanita yang tersesat di jalan mencari anaknya yang hilang, sedangkan anak itu adalah keluarganya satu-satunya.”

Bicara tentang adab, kita tidak boleh melupakan satu hal penting ini. Adab itu datang sebelum ilmu. Adab itu berkaitan dengan baik dan buruknya akhlak kita. Adab sebaiknya diperkenalkan sejak anak-anak masih dalam usia dini agar adab itu menjadi karakter yang melekat pada diri anak.

Islam itu agama yang sempurna. Ia mengatur setiap aspek kehidupan manusia. Bahkan persoalan kapan anak bisa masuk ke kamar orangtuanya sudah diatur di dalam al qur’an. Dan anak dilarang masuk ke kamar orangtua tanpa ijin.

“Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu, meminta ijin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan), yaitu sebelum shalat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan setelah solat Isya’. (Itulah) tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nuur : 58) 

Surah An Nuur ayat 58 ini telah menerangkan secara jelas tentang tiga waktu dilarangnya anak-anak masuk ke kamar orangtuanya.

1. Sebelum shalat Subuh. Pada waktu ini orangtua masih dalam keadaan tidur. Ada kemungkinan aurat mereka terbuka sehingga tidak layak dilihat oleh anak-anak.

2. Sebelum waktu Zuhur. Pada waktu ini kita disunnahkan untuk tidur sebentar. Anak tidak diperkenankan untuk mengganggu waktu tidur orangtua.

3. Lepas Isya. Waktu dimana biasanya orangtua sedang bersiap-siap untuk tidur.

Ketiga waktu di atas merupakan waktu private orangtua untuk istirahat atau saling bercengkrama. Anak-anak dilarang untuk memasuki kamar orangtua agar mereka mengerti tentang adab menghormati orangtua dengan menghormati waktu istirahat orangtua. 

Selain itu, pada waktu-waktu ini, orangtua sedang menikmati waktunya sendiri, jika anak bisa dengan seenaknya masuk ke kamar orangtua, dikhawatirkan akan melihat hal-hal private orangtuanya. 


Sumber :

https://chanelmuslim.com/parenting/adab-memasuki-kamar-orangtua

Haramnya Sebuah Sepatu dari Kulit Babi

Memang, sesuai fungsinya, sepatu digunakan sebagai alas kaki dan tidak masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut syariat Islam, babi dengan sega...

Related Post